Informasi ini saya kumpulkan dari semua sumber, tidak ada informasi yang memiliki hak cipta karena setiap orang berhak mendapatkan berita

Selasa, 13 Juli 2010

Presiden Soekarno juga nonton striptis




Sampailah pada suatu acara yang sesungguhnya menyenangkan, tetapi kemudian diplintir menjadi malapetaka. Dalam suatu jamuan bersama staf kedutaan dan sejumlah tamu, Bung Karno sempat bercengkerama dengan anak-anak, ibu-ibu, dan para tamu. Bahkan sempat pula melakukan shalat berjamaah. Semua aktivitas dilakukan dengan begitu lancar dan menggembirakan banyak pihak.Tibalah pada satu momen yang sungguh mengejutkan, manakala tiba-tiba pembawa acara mengumumkan mata acara selanjutnya berupa tari-tarian erotis. Memang tidak bisa dibilang tari striptease karena sama sekali tidak telanjang bulat. Tapi untuk zaman itu, tari setengah telanjang sungguh “ajaib”, terlebih bagi mata bangsa Indonesia. Jangan-jangan, Bung Karno juga baru pertama kali itu menyaksikan tari-tarian erotis setengah telanjang.

Yang lebih gila adalah, audiens tidak hanya manusia dewasa, tetapi banyak anak-anak di situ! Karuan saja dalam acara itu, Bung Karno harus kerepotan menutupi mata anak-anak sambil tertawa-tawa…. Maksudnya jelas, tari-tarian setengah telanjang itu bukan untuk ditonton anak-anak. Apa boleh buat, apa pun kejadiannya acara itu toh tetap berlangsung dalam ingar-bingar suasana keceriaan. Sejatinya, acara itu tak lebih dari sebuah intermezo.

Siapa sangka kejadian intermezo itu menjadi alat pukul bagi Bung Karno ketika hubungannya dengan Amerika memanas. Pers Amerika Serikat menjadikan Bung Karno sebagai bulan-bulanan. Bahkan suatu hari Bung Karno menerima kiriman majalah remaja terbitan Amerika Serikat. Gilanya… pada cover majalah ditampilkan gadis setengah telanjang, yang tak lain dan tak bukan adalah seorang penari striptease, disandingkan dengan foto Bung Karno yang berseragam militer lengkap.

Sungguh sebuah pencitraan buruk yang keterlaluan. Karena dua foto itu jelas dua foto yang berbeda, ditangkap oleh kamera yang berbeda, dan terjadi pada dua peristiwa yang berbeda. Potongan kedua foto dan menyandingkannya menjadi satu, sungguh sebuah perbuatan diskredit yang keji yang dilakukan pers Amerika terhadap Bung Karno. Ada kesan yang hendak ditampilkan, bahwa Bung Karno berdiri berhadapan dengan penari striptease dalam satu frame. Bisa juga diartikan, seorang penari telanjang sedang mencopoti pakaiannya di hadapan Presiden Republik Indonesia, Ir. Sukarno.

Pers selalu saja menjadi alat yang efektif untuk membentuk opini publik. Termasuk dalam mencitrakan Bung Karno sebagai presiden berselera rendah, termasuk satu di antaranya gemar nonton striptease. Ini sungguh tidak benar. Terlebih bahwa kedua foto itu diambil dalam dua peristiwa berbeda. Dan kisah Bung Karno menyaksikan tari-tarian erotis di Kedutaan Besar Indonesia di Washington pun, tidak serendah yang digambarkan pers Amerika tadi.

Bung Karno tentu meradang dengan sikap permusuhan yang ditunjukkan pers Amerika (atas arahan pemerintahnya). Sehingga dalam banyak kesempatan, momen seperti itu bukannya disembunyikan oleh Bung Karno, melainkan malah diangkat ke permukaan. Dan ia pun berstatemen, “Apakah aku harus mencintai Amerika, kalau ia melakukan perbuatan seperti itu terhadap diriku?”

Kamis, 01 Juli 2010

40 tahun berpisah, teryata hanya bertetangga'an

Betapa bahagianya Ken Whitty. Pria 65 tahun itu bersua lagi dengan adiknya, Yvonne, setelah terpisah sangat lama, 40 tahun lebih. Yang tak disangka-sangka, ternyata selama ini mereka bertetangga, bahkan sering bertatap muka. Tak ada yang menyadari, ternyata mereka bertalian darah.



Seperti dilansir Daily Mail, menurut Whitty, kedua orang tuanya meninggal ketika dia dan adiknya masih remaja. Mereka lalu tinggal terpisah karena ditampung dua keluarga berbeda. Tapi, saat itu mereka masih bisa berhubungan karena saling mengetahui tempat tinggal satu sama lain.

Namun, pada 1970, ketika Whitty berkunjung ke rumah tempat adiknya ditampung, yang dia temukan hanya reruntuhan. Keluarga adiknya telah pindah entah ke mana. Sejak itu mereka benar-benar terpisah dan baru reuni kembali 40 tahun kemudian. Ketika masing-masing telah berkeluarga dan mempunyai anak.

Ketika masih terpisah, berkali-kali Whitty mencari keberadaan adiknya, namun tak pernah berhasil. ''Saya kira segera bertemu, tapi waktu terus merambat, keinginan itu tak pernah terjadi,'' katanya.

Nah, ketika Natal lalu, dia merasa harus berbuat sesuatu. ''Ini hari Natal. Saya sekarang berusia 65, saya harus menemukannya tahun ini," katanya dalam hati.

Lalu, dia memasang iklan di harian lokal. Berharap adiknya membaca atau setidaknya ada orang yang tahu di mana keberadaannya. Selang beberapa waktu, teleponnya berbunyi.

''Hallo, Ini Yvonne,'' bunyi suara dari seberang. Whitty kaget. Dia serasa tak percaya, lalu dia menanyakan di mana si pemilik suara itu tinggal. ''Reddish'' jawabnya. Ditanya lagi, ''Tepatnya di mana.'' Suara di seberang itu menjawab, ''North Reddish''. Dia tambah kaget, sebab itu juga tempat tinggalnya.

''Ternyata kami tinggal hanya berjarak 300 yard (275 meter). Saya pun langsung pergi menemuinya. Sangat menakjubkan," katanya senang.